Kenapa Di Zaman Modern Banyak Orang Pelit ? - Kenapa
di zaman modern ini, banyak orang yang tampak sangat pelit untuk
menolong sesama. Padahal Rosulullah pernah bersabda, “Penyambung tali
kerabat (silaturahim) itu bukan orang yang membalas (hubungan) serupa,
melainkan penyambung tali kerabat adalah orang yang jika sanak
keluarganya memutuskan hubungan dengannya, ia justru menyambungkannya”
(HR Bukhari).
Di zaman modern ini, banyak orang yang tampak sangat pelit untuk menolong sesama. Kalau pun mau, itu dilakukan karena pamrih (ingin balasan), padahal manis dan indahnya kehidupan justru ketika satu sama lain saling memberi dan mau berkorban, lalu mengisinya dengan cinta. Dalam etika Islam, semangat berkorban dan memberi itu merupakan ruh. Misalnya saja, kita belum disebut silaturahmi bila hanya membalas kunjungan seseorang atau memberi sesuatu kepada orang yang pernah memberi kita. Selain itu, Rosulullah mengajarkan mengenai prinsip hidup, sebagai contoh, segala kesukaran harus dihadapi dengan lapang dada, dan setiap kejahatan dibalas dengan kebaikan.
Di zaman modern ini, banyak orang yang tampak sangat pelit untuk menolong sesama. Kalau pun mau, itu dilakukan karena pamrih (ingin balasan), padahal manis dan indahnya kehidupan justru ketika satu sama lain saling memberi dan mau berkorban, lalu mengisinya dengan cinta. Dalam etika Islam, semangat berkorban dan memberi itu merupakan ruh. Misalnya saja, kita belum disebut silaturahmi bila hanya membalas kunjungan seseorang atau memberi sesuatu kepada orang yang pernah memberi kita. Selain itu, Rosulullah mengajarkan mengenai prinsip hidup, sebagai contoh, segala kesukaran harus dihadapi dengan lapang dada, dan setiap kejahatan dibalas dengan kebaikan.
Suatu ketika Rosulullah berjalan di kota Makkah, beliau melihat seorang
wanita tua menunggu seseorang yang dapat dimintai pertolongan untuk
membawakan barangnya. Benar saja, begitu Rosulullah lewat di depannya,
wanita tua itu memanggilnya, “Ya ahlal Arab !. Tolong bawakah barang
ini, nanti akan kubayar”. Rosulullah sengaja lewat di hadapan nenek itu
karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rosulullah
menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya
berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran”. Nenek tua itu
amat senang mendengar perkataan tersebut karena selama ini amat jarang
orang membantunya tanpa pamrih. Biasanya, walaupun tidak meminta, tetapi
jika dia memberi bayaran,orang dengan senang hati akan menerimanya. Dia
pandangi wajah Muhammad yang bersih dan teduh. Dia yakin anak muda yang
menolongnya kini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur. Di tengah
perjalanan, wanita itu menasehati Rosulullah, “Kabarnya di kota Makkah
ini ada seorang yang mengaku nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau
dengan orang itu. Jangan sampai engkau terpedaya dan mempercayainya”.
Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan
kini bersamanya adalah Muhammad, sang nabi. Maka Rosulullah berkata
kepadanya, “Aku ini Muhammad....”. Nenek tua itu terperangah mengetahui
pemuda yang menolongnya adalah Muhammad yang diceriterakannya. Maka,
pada saat itu juga nenek tua itu langsung meminta maaf dan bersyahadat.
Ia pun kemudian memuji akhlak Rosulullah, “Sungguh engkau memiliki
akhlak yang luhur”.
Ceritera di atas hanya buih kecil dari samudra yang luas yaitu pesona akhlak yang dimiliki sang nabi dan sifat luhur inilah yang sudah mulai digerus oleh gelegak zaman yang terus menerus mengobarkan sifat egoistis dan individualistis.
Ceritera di atas hanya buih kecil dari samudra yang luas yaitu pesona akhlak yang dimiliki sang nabi dan sifat luhur inilah yang sudah mulai digerus oleh gelegak zaman yang terus menerus mengobarkan sifat egoistis dan individualistis.
0 comments:
Post a Comment